Sebab dan Akibat
Sewaktu saya kecil Pkn merupakan mapel idola anak SD jaman
dahulu. Pelajarannya ringan dan sarat akan makna sosial yang berkaitan erat
dengan kehidupan sehari-hari. Berbagai tema pun diulik dalam pelajaran ini.
Mulai dari sikap tenggang rasa, menghargai , sikap tolong menolong, kasih
sayang dan lainnya. Dari mapel Pkn ini juga saya belajar teori sebab akibat
dari perbuatan, contohnya : anak yang suka menolong dan baik hati akibatnya
pasti akan disukai teman, anak yang sombong akibatnya pasti akan dijauhi teman
dsb.
Saya pun mulai mempraktikkan teori sebab akibat tersebut untuk
dapat menggaet banyak teman seperti kisah-kisah di buku Pkn. Dan hasilnya
ternyata di luar ekspektasi saya. Saya selalu berusaha menolong teman-teman
perempuan yang sering diejek anak laki-laki supaya mereka mau berteman dan
bersahabat dengan saya, namun mirisnya bukan sahabat yang saya punya, malah
anak laki-laki balik mengejek saya dan anak –anak perempuan tak mau berteman
dengan saya karena takut jadi sasaran ejekan baru bagi anak-laki-laki. Saya
sering berbagi makanan dengan teman namun nyatanya mereka jarang berbagi pada
saya, saya sering mengantar mereka kemanapun saat mereka butuh bantuan namun
mereka jarang ada yang mau mengantar saya saat saya butuh. Saat saya tidak
sengaja merusak barang saya meminta maaf namun teman saya nyatanya malah
sengaja merusak barang saya tanpa ada sesal dan maaf di lisannya serta masih
banyak pengalaman-pengalaman miris lainnya yang saya rasakan tidak sesuai
dengan yang ada di buku pelajaran. Alhasil kehidupan pertemanan masa SD saya
bisa dikatakan sangat memprihatinkan dan konyol bak pahlawan kesiangan hehehe.
Cacian dan Bullyan adalah makanan sehari-hari saya selama bertahun-tahun.
Dan ketika saya besar, pertanyaan seorang teman kembali
menggelitik benak saya. Kenapa orang –orang baik lebih banyak yang tertindas
dan teraniyaya, sementara orang-orang yang malas, suka ngegang dan jahat justru
temannya banyak dan hidupnya enak?. Saat itu Saya hanya bisa memberi anggukan
saja karena saya pun masih bingung. Materi PKN kembali terlintas di benak saya,
kisah-kisah si Ani yang baik hati atau si Tini yang suka menolong , serta si
Ratih yang sombong dan dibenci teman sekelasnya nyatanya tak berlaku di dunia
nyata, kenyataanya si Ani yang suka menolong justru di tipu temannya, si Ratih
yang kaya dan sombong justru malah ditakuti di kelas dan banyak temannya.
Semakin saya berpikir kok percuma juga jadi orang baik jika toh pada akhirnya
ditindas, mending jadi orang jahat nan ditakuti dan disegani, yang bebas dan percaya
diri buat mengatur orang lain.
Untungnya pikiran –pikiran semacam ini berhasil saya redakan,
kisah si Ani dan si Ratih hanyalah cerita rekaan yang belum dapat dipertanggung
jawabkan kebenarannya, jadi mengapa saya harus mencontoh mereka. Dunia nyata
butuh contoh konkrit dan real. Dan anehnya sebagai seorang muslim saya baru
sadar setelah dewasa bahwa ternyata mencari contoh –contoh teladan tidak melulu
harus jauh-jauh. Karena kitab suci Al-Qur’an ternyata berisi banyak kisah
hikmah, selain itu banyak sekali kisah –kisah nabi Muhammad Saw serta para
sahabatnya yang sarat akan nilai keteladanan.
Kembali ke pertanyaan teman saya, saya kemudian teringat kisah
tentang sahabat Rasullulah saw yang bernama Abdullah bin Amr dengan lelaki ahli
surga. Dikisahkan bahwa Abdullah bin Amr sangat penasaran dengan seorang
laki-laki yang selama tiga kali berturut-turut di sebut Rasullulah sebagai ahli
surga. Rasa penasaran yang sangat besar membuat dirinya untuk memberanikan diri
meminta izin pada lelaki tersebut untuk menginap di rumahnya. Tanpa berpikir
panjang lelaki tersebut mengizinkan. Sepanjang hari Abdullah bin Amr mengamati
lelaki tersebut, dilihat secara lahiriyah lelaki ini seperti manusia pada
umumnya penampilannya biasa saja, dalam hal ibadah pun tidak nampak amalan
istimewa, bahkan sholat malam pun jarang dia kerjakan. Hanya saja lelaki ini
memang tidak pernah mengeluarkan perkataan yang sia-sia saat bergaul,
selebihnya tak ada yang spesial. Setelah tiga hari akhirnya Abdullah bin Amr
menyampaikan alasannya dan rasa penasarannya kepada lelaki tersebut ,
sebenarnya amalan apakah yang dia kerjakan sehingga dia disebut Ahlul jannah
oleh Rasullulah saw?. Lelaki tersebut dengan jujur berkata “benar, amalanku
hanya yang engkau lihat. Hanya saja, aku tidak pernah berbuat curang kepada
seorang pun, baik kepada Muslimin ataupun selainnya. Aku juga tidak pernah iri
ataupun hasad kepada seseorang atas karunia yang telah diberikan Allah
kepadanya.”
Subhanallah kisah ini memberikan saya jawaban atas pertanyaan teman
saya selama ini. Ternyata selama ini hati saya yang sering mencurangi orang
lain. Kepura-puraan berbuat baik supaya tujuan tercapai merupakan hal lumrah.
Rasa hasad dan dengki terhadap nikmat oranglain juga selalu menyelimuti hati,
yang akhirnya hanya lelah dan lelah saja. Rasa hasad membuat keputus asaan
semakin besar yang imbasnya adalah hati menjadi kotor dan tak tenang. Padahal
seharusnya bukan perlakuan orang pada kita yang difokuskan, tapi fokus pada
hati kita, apakah selama ini kita benar-benar ikhlas dalam berbuat baik? Atau
malah perbuatan baik kita hanyalah topeng dan kepura-puraan untuk menipu
oranglain supaya keinginan kita tercapai? Hukum sebab akibat itu sejatinya
memang akan terus berlaku di dunia ini, namun sebab akibat dari kacamata siapa?
Karena sebab akibat menurut kacamata Allah tak dapat diukur dengan matematika
manusia.
Benang merahnya adalah ketika teori selalu mengiming-imingi kita
untuk berbuat sesuatu dengan tujuan mencari perhatian manusia maka hasilnya
kita akan kecewa, karena Allah sang maha pembolak balik-hati, betapapun kita
berusaha jika Allah tidak mengijinkan seseorang untuk menyukai kita ya hasilnya
pasti nihill. Dan sebaliknya tanpa kita berusaha jika Allah berkehendak agar
seseorang menyukai dan mau bersahabat dengan kita ya pasti itu yang akan
terjadi.
Ya Allah saya baru ngeh, selama ini saya selalu merasa sial
mempunyai teman-teman seperti itu, saya salahkan mareka dan merasa bahwa selama
ini saya sudah berbuat baik kepada mereka, nyatanya perbuatan baik nan tidak
ikhlas yang sering saya lakukan nyatanya memang merupakan akibat yang Allah
berikan pada saya untuk menjadi pelajaran bahwa segala sesuatu tergantung
niatnya, jika niat kita ikhlas karena mengharap ridho Allah , berapapun kita
sering gagal pasti hati kita akan mudah move on karena niat kita sudah tercatat
sebagai pahala pun ditambah dengan pahala kesabaran yang akan dibalas dengan
nikmat yang berlipat-lipat.
Terakhir saya mengutip dari status seorang teman
“Tugas kita hanya
peduli, jika tidak dipedulikan ya sudah
Tugas kita hanyalah
berbuat baik, jika masih tak dianggap baik ,maka bukan urusan kita “
Apapun tanggapan orang terhadap kita bukan urusan kita, urusan
kita hanya kepada Allah SWT. Jadi sudah siap berbuat sesuatu karena Allah hari
ini? In sya Allah. J
@Afnantika Abiyyah@
17:35 | | 0 Comments
Subscribe to:
Posts (Atom)
You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "
Powered by Blogger.