Cerita Mengajarku
Hari ini seperti biasa saya mengajar anak les saya sebut saja namanya
raka. saya negelesi raka siang hari , karena pagi saya ada keperluan
mendadak jadi les saya alihkan siang sehabis jumatan. Sesampai di rumah
segera kuparkirakan motorku didepan rumah raka. Dari arah jalan terlihat
raka sudah bergegas untuk menghampiri saya.
Seketika langsung saya sapa dhek raka. Hari ini kebetulan cuti bersama, meski begitu ibunda raka tetap ngotot menginginkan dhek raka untuk les pada hari itu. Setelah dhek raka menyiapkan jadwal dan pelajaran yang akan dipelajari, saya mecoba untuk hari ini mulai konsisten dalam menjalankan tugasku sebagai guru yang baik. Saya mulai menerapkan cara pengelolaan kelas yang baik yang saya dapat dari buku.
Pertama saya mulai mengenalkan pada raka tentang konsep waktu ku dan waktumu , umurnya kurang lebih 10 tahun, kelas 4 SD. Kepribadiaanya sering berubah-ubah mood nya jd sebgai guru saya harus bisa fleksibel dalam membuat aturan. Seperti biasa kali ini raka menunjukan gelagat kalau siang ini dia capek dan malas untuk belajar. Apalagi disaat ia tengah asyik dengan teman-temannya saya datang. Inilah ulah raka :
1. Raka mulai mengeluh kalau dia gerah, dan ingin agar kipas angin dihadapkan ke tubuhnya, ada –ada saja alasannya mulai tidak kena kipas, masih gerah, tidak nyaman dll
2. raka mulai mengeluarkan jurusnya, dengan memasang tampang memelas dan berlagak capek dalam belajar
3. dia mulai melawan dengan bertindak tidak sopan kepada saya seperti melemparkan bolpoint, melemparkan buku dan mengubah bahasa yang saya instruksikan ke dalam bahasa daerah seolah ingin agar saya terpancing emosi
sejenak saya ingat pesan dari salah satu buku yang saya baca untuk menjadi guru yang baik tersenyumlah pada anak didik kita, jangan sampai erpancing emosi. Perlahan tapi pasti saya dorong dia untuk mendengarkan saya dalam mengajar, karena waktu menerangkan adalah wakrtuku atau waktu guru jadi dia harus mendengarkan. Raka mulai berulah dia meminta saya untuk berdirisambil menerangkan saya pikr dia pasti mulai mengerjai saya. Saya terangkan padanya jika saya harus berdiri dia uga harus berdiri. Akhirnya raka mulai berdiri disini saya terangkansecara perlahan tentang mara pelajaran matematika. Sedikit demi sedikit saya memberi penegasan dan mengingatkan bahwa waktu ku adalah waktu saya yang berarti dia harus memperjatikan dan tidak boleh melakukan aktivitas lain yang menyebabkan dia tidak berkonsentrasi.
Karena terlalu lama berdiri saya mulai menanyakan padanya apakah raka ingin duduk dan ternyata ia di a meminta untuk duduk, sambil saya beri soal raka mulai menanyakan hal-hal tak masuk akal pada soal yang saya berikan seperti kenapa januari ada 31 hari dll. Saya jelaskanpadanya untuk mengikuti instruksi yang saya sebutkan sesuai contoh ,namun raka menolak dan mencaci saya sembari berkata” percuma mama bayar mba septi, kalau mbak septi g mau ngajarin raka” saya hanya diam saya biarkan dia mengoceh dengan ocehannya. Saya beri waktu 30 menit untuk mengerjakan 5 soal, sembari saya jelaskan waktu mengerjakan soal adalah waktu mu yang berarti waktunya raka dapat bebeas melakukan apa saja dengan syarat tugasnya harus selesai sebelum waktu habis. Raka pun dapat menyelesaikan soal dalam waktu 20 menit , yang kemudian saya beri kesempatan padanya untuk makan ataupun minum.
Disaat makan dan minum raka mulai terbawa keadaan sikapnya berubah stabil, dia mulai betanya dan mengajak saya ngobrol dan bertanya hal-hal disekolah yang menggelitik baginya. Suasana pun cair dan kini saya tahu kuncinya bahwa diperlukan usaha yang sungguh-sungguh, konsisten dan yakin dalam memulai metode baru apalagi dalam pelajaran .
Tips mengajar:
1. identifikasi tipe belajar anak apakah dia seorang anak kinestetik, audio atau visual
2. gunakan media pembelajaran yang dapat memaksimalkan tipe belajarnya
3. ketiaka mengantuk usahakan untuk membuat naka didik kita agar mengubah posisi tubunya saat duduk dan minum
4. gunakan konsep waktuku dan waktumu untuk mendapat perhatian mereka
5. cobalah tersenyum dan jagan sampai terbawa suasana
6. mengajarlah dengan hati yang ikhlas insyaALLAH setiap langkahnya berkah aamiin
semoga tulisan ini dapat membawa manfaat dan salam semangat dari saya
Seketika langsung saya sapa dhek raka. Hari ini kebetulan cuti bersama, meski begitu ibunda raka tetap ngotot menginginkan dhek raka untuk les pada hari itu. Setelah dhek raka menyiapkan jadwal dan pelajaran yang akan dipelajari, saya mecoba untuk hari ini mulai konsisten dalam menjalankan tugasku sebagai guru yang baik. Saya mulai menerapkan cara pengelolaan kelas yang baik yang saya dapat dari buku.
Pertama saya mulai mengenalkan pada raka tentang konsep waktu ku dan waktumu , umurnya kurang lebih 10 tahun, kelas 4 SD. Kepribadiaanya sering berubah-ubah mood nya jd sebgai guru saya harus bisa fleksibel dalam membuat aturan. Seperti biasa kali ini raka menunjukan gelagat kalau siang ini dia capek dan malas untuk belajar. Apalagi disaat ia tengah asyik dengan teman-temannya saya datang. Inilah ulah raka :
1. Raka mulai mengeluh kalau dia gerah, dan ingin agar kipas angin dihadapkan ke tubuhnya, ada –ada saja alasannya mulai tidak kena kipas, masih gerah, tidak nyaman dll
2. raka mulai mengeluarkan jurusnya, dengan memasang tampang memelas dan berlagak capek dalam belajar
3. dia mulai melawan dengan bertindak tidak sopan kepada saya seperti melemparkan bolpoint, melemparkan buku dan mengubah bahasa yang saya instruksikan ke dalam bahasa daerah seolah ingin agar saya terpancing emosi
sejenak saya ingat pesan dari salah satu buku yang saya baca untuk menjadi guru yang baik tersenyumlah pada anak didik kita, jangan sampai erpancing emosi. Perlahan tapi pasti saya dorong dia untuk mendengarkan saya dalam mengajar, karena waktu menerangkan adalah wakrtuku atau waktu guru jadi dia harus mendengarkan. Raka mulai berulah dia meminta saya untuk berdirisambil menerangkan saya pikr dia pasti mulai mengerjai saya. Saya terangkan padanya jika saya harus berdiri dia uga harus berdiri. Akhirnya raka mulai berdiri disini saya terangkansecara perlahan tentang mara pelajaran matematika. Sedikit demi sedikit saya memberi penegasan dan mengingatkan bahwa waktu ku adalah waktu saya yang berarti dia harus memperjatikan dan tidak boleh melakukan aktivitas lain yang menyebabkan dia tidak berkonsentrasi.
Karena terlalu lama berdiri saya mulai menanyakan padanya apakah raka ingin duduk dan ternyata ia di a meminta untuk duduk, sambil saya beri soal raka mulai menanyakan hal-hal tak masuk akal pada soal yang saya berikan seperti kenapa januari ada 31 hari dll. Saya jelaskanpadanya untuk mengikuti instruksi yang saya sebutkan sesuai contoh ,namun raka menolak dan mencaci saya sembari berkata” percuma mama bayar mba septi, kalau mbak septi g mau ngajarin raka” saya hanya diam saya biarkan dia mengoceh dengan ocehannya. Saya beri waktu 30 menit untuk mengerjakan 5 soal, sembari saya jelaskan waktu mengerjakan soal adalah waktu mu yang berarti waktunya raka dapat bebeas melakukan apa saja dengan syarat tugasnya harus selesai sebelum waktu habis. Raka pun dapat menyelesaikan soal dalam waktu 20 menit , yang kemudian saya beri kesempatan padanya untuk makan ataupun minum.
Disaat makan dan minum raka mulai terbawa keadaan sikapnya berubah stabil, dia mulai betanya dan mengajak saya ngobrol dan bertanya hal-hal disekolah yang menggelitik baginya. Suasana pun cair dan kini saya tahu kuncinya bahwa diperlukan usaha yang sungguh-sungguh, konsisten dan yakin dalam memulai metode baru apalagi dalam pelajaran .
Tips mengajar:
1. identifikasi tipe belajar anak apakah dia seorang anak kinestetik, audio atau visual
2. gunakan media pembelajaran yang dapat memaksimalkan tipe belajarnya
3. ketiaka mengantuk usahakan untuk membuat naka didik kita agar mengubah posisi tubunya saat duduk dan minum
4. gunakan konsep waktuku dan waktumu untuk mendapat perhatian mereka
5. cobalah tersenyum dan jagan sampai terbawa suasana
6. mengajarlah dengan hati yang ikhlas insyaALLAH setiap langkahnya berkah aamiin
semoga tulisan ini dapat membawa manfaat dan salam semangat dari saya
19:05 | Label: Catatanku | 0 Comments
Menjadi Guru Pembelajar
iseng-iseng selesai ulangan tengah semester saya bergegas ke
perpustakaan sembari menunggu mata kuliah pada jam berikutnya, lumayan
masih 1 jam lagi pikir saya. kebetulan disitu saya menemukan buku yang
menarik judulnya ” Pendidikan Berpusat Pada Anak” karya Christine
Peddington dan Marry Hilton.
diawal buku tersebut berisi tentang pendahuluan yang berisi latar belakang pengembangan pendidikan yang berpusat pada anak, hal pertama yang diungkapkan pada buku tersebut adalah tentang hakikat sebuah nilai. nilai disini menurut saya dapat disebut juga moral atau sikap,atau cara pandang berdasarkan adat istiadat ,latar belakang suatu masyarakat tertentu. nilai yang diungkapkan pada buku ini adalah nilai yang dipakai di negara Inggris. namun saya rasa hanya ada sedikit perbedaan yang tak terlalu signifikan.
pendidikan tempo dulu di eropa ternyata memiliki persamaan dengan pendidikan , dimana anak adalah objek, dan satu-satunya jendela ilmu yang dapat digali oleh anak hanyalah pada gurunya. apa yang dipaparkan guru maka itu juga yang akan diperoleh oleh anak. kesalahan fatal pada konsep ini adalah guru dituntut untuk dapat menggali ilmu seluas-luasnya agar anak dapat mengerti, namun kebanyakan guru hanya monoton mengajarkan hal yang sama pada anak.
perkembangan dalil yang menerangkan bahwa manusia lahir dengan membawa dosa bawaan pun mulai dipakai sebagai dasar pendidikan kala itu, sehingga anak-anak justru sering dikekang dan tidak dibiarkan secara bebas untuk mengembangkan kreativitasnya .
hingga muncullah tokoh pembaharu yang berhasil membawa perubahan salah satunya adalah john locke ia berhasil mengemukakan teori teori tabularasa dimana setiap manusia yang dilahirkan di dunia pada hakekatnya adalah bersih, ibarat selembar kertas putih yang bersih, mau ditulis apa semua tergantung pada pendidiknya.
seiring dengan semakin banyaknya wacana dan para praktisi yang terispirasi oleh john locke saya sangat tertarik pada apa yang dipaparkan buku ini mengenai karya Rosseau yang berjudul “EMIL” dalam bukunya Rousseau memberikan argumen sebagai berikut :
” kita dilahirkan lemah, kita butuh kekuatan
jika tidak mampu, kita butuh bantuan
jika bodoh, kita butuh akal
pendidikan ini datang pada kita dari alam, dari manusia, atau dari benda
pertumbuhan didalam organ dan bagian tubuh kita adalah pendidikan dari alam
pemanfaatan yang kita pelajari dari pertumbuhan ini adalah pendidikan dari manusia
yang kita peroleh dari pengalaman kita tentang sekitar adalah pendidikan benda
jadi jika kita diajar tiap guru, jika ketiganya bertentangan pembelajar tersebut tidak terdidik dengan baik, dan tidak bisa berdamai dengan dirinya sendiri jika ketiganya selaras pembelajar bisa lancar mencapai sasaran dan hidup damai dengan diri sendiri.
, maka ia terdidik dengan baik” ( Rousseau ,1762:6)
inti yang dapat saya ambil dari paparan Rousseau adalah bahwa pembelajaran dapat kita peroleh dari mana saja pada setiap detik kehidupan kita, setiap langkah dan tindakan kita, benda-benda disekitar kita, alam disekitar kita, orang -orang disekeliling kita mereka semua adalah guru bagi kita, seperti yang dikemukakan pada salah satu ayat al-qur’an yang berbunyi :
” (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. (Ali Imran 191
subhanallah maha suci Allah yang telah memberikan petunjuk pada rasulnya tentang segala permasalahan yang ada di dunia, mengacu pada hal diatas Allah telah mewahyukan kepada rasulnya untuk merenungi kebesarannya dengan mengamati ciptaan-ciptaannya, belajar lewat perilaku ciptannyta , belajar tentang bagaimana nikmatnya sebuah proses, kegagalan, dll.
untuk itu mari berproses kearah yang lebih baik …
aku melihat dan aku menikmati
aku mendengar dan aku menghayati
aku melangkah dan aku merenungi
aku bernapas dan aku sadar bahwa setiap detik adalah anugerah
setiap bagian adalah proses
diawal buku tersebut berisi tentang pendahuluan yang berisi latar belakang pengembangan pendidikan yang berpusat pada anak, hal pertama yang diungkapkan pada buku tersebut adalah tentang hakikat sebuah nilai. nilai disini menurut saya dapat disebut juga moral atau sikap,atau cara pandang berdasarkan adat istiadat ,latar belakang suatu masyarakat tertentu. nilai yang diungkapkan pada buku ini adalah nilai yang dipakai di negara Inggris. namun saya rasa hanya ada sedikit perbedaan yang tak terlalu signifikan.
pendidikan tempo dulu di eropa ternyata memiliki persamaan dengan pendidikan , dimana anak adalah objek, dan satu-satunya jendela ilmu yang dapat digali oleh anak hanyalah pada gurunya. apa yang dipaparkan guru maka itu juga yang akan diperoleh oleh anak. kesalahan fatal pada konsep ini adalah guru dituntut untuk dapat menggali ilmu seluas-luasnya agar anak dapat mengerti, namun kebanyakan guru hanya monoton mengajarkan hal yang sama pada anak.
perkembangan dalil yang menerangkan bahwa manusia lahir dengan membawa dosa bawaan pun mulai dipakai sebagai dasar pendidikan kala itu, sehingga anak-anak justru sering dikekang dan tidak dibiarkan secara bebas untuk mengembangkan kreativitasnya .
hingga muncullah tokoh pembaharu yang berhasil membawa perubahan salah satunya adalah john locke ia berhasil mengemukakan teori teori tabularasa dimana setiap manusia yang dilahirkan di dunia pada hakekatnya adalah bersih, ibarat selembar kertas putih yang bersih, mau ditulis apa semua tergantung pada pendidiknya.
seiring dengan semakin banyaknya wacana dan para praktisi yang terispirasi oleh john locke saya sangat tertarik pada apa yang dipaparkan buku ini mengenai karya Rosseau yang berjudul “EMIL” dalam bukunya Rousseau memberikan argumen sebagai berikut :
” kita dilahirkan lemah, kita butuh kekuatan
jika tidak mampu, kita butuh bantuan
jika bodoh, kita butuh akal
pendidikan ini datang pada kita dari alam, dari manusia, atau dari benda
pertumbuhan didalam organ dan bagian tubuh kita adalah pendidikan dari alam
pemanfaatan yang kita pelajari dari pertumbuhan ini adalah pendidikan dari manusia
yang kita peroleh dari pengalaman kita tentang sekitar adalah pendidikan benda
jadi jika kita diajar tiap guru, jika ketiganya bertentangan pembelajar tersebut tidak terdidik dengan baik, dan tidak bisa berdamai dengan dirinya sendiri jika ketiganya selaras pembelajar bisa lancar mencapai sasaran dan hidup damai dengan diri sendiri.
, maka ia terdidik dengan baik” ( Rousseau ,1762:6)
inti yang dapat saya ambil dari paparan Rousseau adalah bahwa pembelajaran dapat kita peroleh dari mana saja pada setiap detik kehidupan kita, setiap langkah dan tindakan kita, benda-benda disekitar kita, alam disekitar kita, orang -orang disekeliling kita mereka semua adalah guru bagi kita, seperti yang dikemukakan pada salah satu ayat al-qur’an yang berbunyi :
” (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. (Ali Imran 191
subhanallah maha suci Allah yang telah memberikan petunjuk pada rasulnya tentang segala permasalahan yang ada di dunia, mengacu pada hal diatas Allah telah mewahyukan kepada rasulnya untuk merenungi kebesarannya dengan mengamati ciptaan-ciptaannya, belajar lewat perilaku ciptannyta , belajar tentang bagaimana nikmatnya sebuah proses, kegagalan, dll.
untuk itu mari berproses kearah yang lebih baik …
aku melihat dan aku menikmati
aku mendengar dan aku menghayati
aku melangkah dan aku merenungi
aku bernapas dan aku sadar bahwa setiap detik adalah anugerah
setiap bagian adalah proses
03:50 | Label: Pendidikan | 0 Comments
aYO mENULIS
Bismillahirrahmanirrahim Kata pepatah jejak pertama adalah penentu
awal jejak selanjutnya. semoga tulisan pertama di blog ini dapat
menghasilkan jejak-jejak tulisan yang lebih baru lagi dan dapat
bermanfaat bagi orang lain aamiin
Disini saya ingin bercerita tentang motivasi saya membuat blog lagi ( karena sebelumnya juga uda punya blog, tapi uda lama ndak diapa-apain, hehe). pertama, saya kenalkan diri saya dulu nama saya septi saya kuliah di IKIP PGRI Semarang, jurusan PGSD ( pendidikan guru sekolah dasar) ya sebagai calon guru tentunya saya harus terus menggali ketrampilan terutama meulis apalagi calon guru SD .
Di semester 5 ini saya diampu oleh dosen-dosen yang banyak memberikan inspirasi untuk menulis sebut saja Pak W dan Bu S. karakternya yang ceriwis dan ceplas ceplos membuat kelas kami heboh, beliau juga merupakan kepala sekolah dan berhasil menjadi kepala sekolah teladan tingkat kota. meskipun tingkat kota beliau tetap berusaha untuk bisa meraih prestasi yang lebih hebat lagi,bu S sering bercerita bagaimana perjuangannya untuk dapat kuliah dan lulus dengan nilai terbaik, ternyata dibalik penampilannya yang ceplas -ceplos bu S termasuk seorang yang religius, meskipun saat ini beliau belum memakai kerudung namun beliau rutin menjalan kan puasa senin -kamis , sholat tahajud dan ibadah sunah lainnya. sebagai seorang muslim yang alhamdulilah sudah berjilbab saya seolah tersindir karena kenyataannya saya belum dapat menjalankan ibadah-ibadah tersebut secara rutin. kembali ke soal tulis menulis, bu S adalah seorang yang gigih, beliau berusaha menulis meskipun tidak ada pengalaman sebelumnya. rahasianya ternyata beliau sering mengunjungi kantor redaksi media cetak tersebut ,melakukan pendekatan sembari membahas isu-isu terhangat , dan bertanya bagaimana trik-trik menulis dan sebagainya. dan hasilnya alhamdulilah karya beliau sudah beberapa kali dimuat di media cetak . ya itu semua karean kegigihan, ikhtiar dan doa. disela-sela mata kuliah beliau sering menyisipkan cerita-cerita inspiratif beliau tentang kegigihan dan perjuangan terutama dalam mendapatkan sesuatu yang kita inginkan , kuncinya ikhtiar dan doa terimakasih ibu semoga kata-kata tersebut dapat saya praktekkan.
belum usai cerita bu S saya juga diampu oleh seorang dosen yang tak kalah hebatnya. sebut saja pak W beliau adalah seorang dosen luar biasa yang berprofesi sebagai kepala sekolah. beliau mendapat predikat sebagai kepala sekolah teladan tingkat nasional berkat karya-karya nya yang produktif. beliau juga sering bercerita akan karya-karyanya yang banyak terpampang di berbagai media cetak. salah satu perkataan beliau yang menarik dan masih terngiang sampai saat ini ditelinga saya adalah : ” huruf itu cuma ada a sampai z , tinggal kita bolak-balik saja maka jadilah sebuah karya” . sangat inspiratif batinku aku ingin seperti beliau.ditambah lagi pengalaman beliau yang yang sudah menjelajah beberapa negara di eropa dan asia timur. berkat keterampilan menulis beliau dikirim menjadi duta untuk studi banding melihat dan mengamati sistem pendidikan disana. dikelas beliau sering menuntun dan menyindir kami agar menjadi mahasiswa yang produktif. beliau juga berpesan pada kami ” barangsiapa yang karyanya mampu menembus media cetak apa saja maka saya tidak segan-segan untuk memberi nilai A” hmm, apakah saya mampu? kata beliau ” nek wedi ojo wani-wani, nek wani ojo wedi-wedi” artinya jika takut jangan berani-berani jika berani jangan takut-takut, hmm kita lihat saja pak saya akan berusaha aamiin
dan usut punya usut ternyata kedua dosen saya diatas tersebut adalah satu kuliah dulu, pantas saja karakter keduanya unik namun tetap satu pijakan yang sama, hehe senangnya diajar beliau beliau ini …
Dan disemester 5 inipun secara tidak sengaja saya banyak membaca profil orang -orang hebat yang masih sepantaran dengan saya sudah berhasil menelurkan berbagai karya tulis. bahkan seorang bocah 11 tahun ada yang sudah dapat mengarang sebuah buku, sungguh prestasi yang luar biasa. kenyataanya hanyalah katak dalam tempurung. saya tidak menyadari waktu terus bergerak dan persaingan semakin meningkat, diluar sana banyak mahasiswa sepantaran saya yang sudah banyak menghasilkan karya, namun saya tidak boleh menyerah saya ingin berlari dan berbaur bersama mereka,, hati saya tergugah untuk bisa berkarya karena
sebuah tulisan akan tetap dapat dikenang meskipun raga kita telah tiada
sebuah tulisan dapat merubah kehidupan seseorang meskipun itu kecil
sebuah tulisan dapat menyimpan banyak makna
sebuah tulisan dapat memberi banyak rasa
dan saya ingin menjadi setitik tinta yang dapat bermanfaat bagi perubahan orang disekitar saya.
” Menulis Untuk Perubahan yang Lebih Baik”
keep spirit dan pantang menyerah
ayo kita mulai menulis detik ini
wassalam
Disini saya ingin bercerita tentang motivasi saya membuat blog lagi ( karena sebelumnya juga uda punya blog, tapi uda lama ndak diapa-apain, hehe). pertama, saya kenalkan diri saya dulu nama saya septi saya kuliah di IKIP PGRI Semarang, jurusan PGSD ( pendidikan guru sekolah dasar) ya sebagai calon guru tentunya saya harus terus menggali ketrampilan terutama meulis apalagi calon guru SD .
Di semester 5 ini saya diampu oleh dosen-dosen yang banyak memberikan inspirasi untuk menulis sebut saja Pak W dan Bu S. karakternya yang ceriwis dan ceplas ceplos membuat kelas kami heboh, beliau juga merupakan kepala sekolah dan berhasil menjadi kepala sekolah teladan tingkat kota. meskipun tingkat kota beliau tetap berusaha untuk bisa meraih prestasi yang lebih hebat lagi,bu S sering bercerita bagaimana perjuangannya untuk dapat kuliah dan lulus dengan nilai terbaik, ternyata dibalik penampilannya yang ceplas -ceplos bu S termasuk seorang yang religius, meskipun saat ini beliau belum memakai kerudung namun beliau rutin menjalan kan puasa senin -kamis , sholat tahajud dan ibadah sunah lainnya. sebagai seorang muslim yang alhamdulilah sudah berjilbab saya seolah tersindir karena kenyataannya saya belum dapat menjalankan ibadah-ibadah tersebut secara rutin. kembali ke soal tulis menulis, bu S adalah seorang yang gigih, beliau berusaha menulis meskipun tidak ada pengalaman sebelumnya. rahasianya ternyata beliau sering mengunjungi kantor redaksi media cetak tersebut ,melakukan pendekatan sembari membahas isu-isu terhangat , dan bertanya bagaimana trik-trik menulis dan sebagainya. dan hasilnya alhamdulilah karya beliau sudah beberapa kali dimuat di media cetak . ya itu semua karean kegigihan, ikhtiar dan doa. disela-sela mata kuliah beliau sering menyisipkan cerita-cerita inspiratif beliau tentang kegigihan dan perjuangan terutama dalam mendapatkan sesuatu yang kita inginkan , kuncinya ikhtiar dan doa terimakasih ibu semoga kata-kata tersebut dapat saya praktekkan.
belum usai cerita bu S saya juga diampu oleh seorang dosen yang tak kalah hebatnya. sebut saja pak W beliau adalah seorang dosen luar biasa yang berprofesi sebagai kepala sekolah. beliau mendapat predikat sebagai kepala sekolah teladan tingkat nasional berkat karya-karya nya yang produktif. beliau juga sering bercerita akan karya-karyanya yang banyak terpampang di berbagai media cetak. salah satu perkataan beliau yang menarik dan masih terngiang sampai saat ini ditelinga saya adalah : ” huruf itu cuma ada a sampai z , tinggal kita bolak-balik saja maka jadilah sebuah karya” . sangat inspiratif batinku aku ingin seperti beliau.ditambah lagi pengalaman beliau yang yang sudah menjelajah beberapa negara di eropa dan asia timur. berkat keterampilan menulis beliau dikirim menjadi duta untuk studi banding melihat dan mengamati sistem pendidikan disana. dikelas beliau sering menuntun dan menyindir kami agar menjadi mahasiswa yang produktif. beliau juga berpesan pada kami ” barangsiapa yang karyanya mampu menembus media cetak apa saja maka saya tidak segan-segan untuk memberi nilai A” hmm, apakah saya mampu? kata beliau ” nek wedi ojo wani-wani, nek wani ojo wedi-wedi” artinya jika takut jangan berani-berani jika berani jangan takut-takut, hmm kita lihat saja pak saya akan berusaha aamiin
dan usut punya usut ternyata kedua dosen saya diatas tersebut adalah satu kuliah dulu, pantas saja karakter keduanya unik namun tetap satu pijakan yang sama, hehe senangnya diajar beliau beliau ini …
Dan disemester 5 inipun secara tidak sengaja saya banyak membaca profil orang -orang hebat yang masih sepantaran dengan saya sudah berhasil menelurkan berbagai karya tulis. bahkan seorang bocah 11 tahun ada yang sudah dapat mengarang sebuah buku, sungguh prestasi yang luar biasa. kenyataanya hanyalah katak dalam tempurung. saya tidak menyadari waktu terus bergerak dan persaingan semakin meningkat, diluar sana banyak mahasiswa sepantaran saya yang sudah banyak menghasilkan karya, namun saya tidak boleh menyerah saya ingin berlari dan berbaur bersama mereka,, hati saya tergugah untuk bisa berkarya karena
sebuah tulisan akan tetap dapat dikenang meskipun raga kita telah tiada
sebuah tulisan dapat merubah kehidupan seseorang meskipun itu kecil
sebuah tulisan dapat menyimpan banyak makna
sebuah tulisan dapat memberi banyak rasa
dan saya ingin menjadi setitik tinta yang dapat bermanfaat bagi perubahan orang disekitar saya.
” Menulis Untuk Perubahan yang Lebih Baik”
keep spirit dan pantang menyerah
ayo kita mulai menulis detik ini
wassalam
08:45 | Label: Catatanku | 0 Comments
Contoh Proposal PTK
PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS
A. JUDUL PENELITIAN
Meningkatkan Hasil Belajar Menulis Cerita
Rekaan Bagi Siswa Kelas IV MI Al-Hidayah Melalui Picture and picture
B. BIDANG ILMU
Bahasa Indonesia Keterampilan Menulis
Cerita Rekaan
C. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Pengajaran bahasa Indonesia di sekolah pada hakekatnya adalah
pengajaran keterampilan berbahasa, bukan pelajaran tentang bahasa.
Keterampilan-keterampilan berbahasa yang perlu ditekankan adalah keterampilan
mendengar, membaca, berbicara dan menulis, semua keterampilan tersebut
disajikan secara terpadu (Tachir, 1993 : 2).
Keterampilan membaca dan menulis perlu mendapat
perhatian khusus sebab memang sulit menumbuhkan tradisi atau kebiasaan membaca
dan menulis atau mengarang. Dipihak lain, karena kita hidup dalam tradisi
lisan, pelatihan mendengar dan berbicara siswa cukup banyak mendapat kesempatan
dan rangsangan di luar kelas. Tradisi membaca dan menulis memang belum dapat
diharapkan dari masyarakat (Sugono, 1995 : 5).
Kemampuan menulis merupakan salah satu kemampuan yang
harus dimiliki siswa. Siswa
dituntut mempunyai kemapuan untuk dapat melahirkan dan menyatakan kepada orang
lain apa yang dirasakan, dikehendaki dan dipikirkan dengan bahasa tulis.
Kemampuan menulis merupakan kemampuan yang sangat penting dalam kehidupan
modern seperti sekarang ini. Pembinaan yang sebaiknya terhadap pengajaran
menulis bukan saja menghasilkan siswa-siswa yang memiliki kemampuan menulis
yang baik, tetapi juga akan mengembangkan potensi pengajar bahasa Indonesia
yang selama ini sering dikatakan kurang efektif.
Berdasarkan
pengalaman peneliti mengajar bahasa
Indonesia di MI Al-Hidayah,
bahwa pembelajaran bahasa Indonesia masih menekankan pada materi yang terdapat di dalam buku, dan
juga belum memanfaatkan pendekatan kontekstual
yang mempergunakan media dalam pembelajaran secara maksimal. Mengajak
siswa berinteraksi dengan lingkungan
jarang dilakukan. Hal ini membuat pembelajaran tidak efektif, karena siswa
kurang merespon terhadap pelajaran yang disampaikan. Maka model pengajaran semacam ini cenderung
menyebabkan siswa menjadi jenuh.
Berkenaan
dengan hal-hal tersebut di atas, pembelajaran bahasa Indonesia di MI Al-Hidayah dengan kondisi peserta didik pada saat ini
serta berdasarkan pada hasil
rata-rata tes kemampuan awal yang dilakukan ternyata sebagian besar siswa kelas IV MI Al-Hidayah
hasilnya masih dibawah Kriteri Ketuntasan Minimal (KKM=70,00).
Untuk membelajarkan siswa sesuai dengan
cara-gaya belajar mereka sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan
optimal ada berbagai model pembelajaran. Dalam prakteknya, kita (guru) harus
ingat bahwa tidak ada model pembelajaran yang paling tepat untuk segala situasi
dan kondisi. Oleh karena itu, dalam memilih model pembelajaran yang tepat
haruslah memperhatikan kondisi siswa, sifat materi bahan ajar, fasilitas-media
yang tersedia, dan kondisi guru itu sendiri.
Salah satu media yang dapat digunakan
untuk mendorong anak supaya dapat meningkatkan hasil belajar menulis adalah
menggunakan picture and picture.
Peneliti berkeyakinan bahwa media picture
and picture ini akan berhasil didasarkan pada asumsi bahwa media ini
memiliki beberapa kelebihan: pengguaan gambar biasanya disukai anak, praktis,
bisa digunakan berulang-ulang, menarik, inovatif, dan hemat.
2. Perumusan dan Pemecahan Masalah
Berdasarkan masalah
di atas, permasalahan yang dapat dirumuskan sebagai berikut:
a. Apakah melalui pendekatan picture and picture dapat meningkatkan kemampuan
siswa dalam menulis cerita rekaan?
b. Apakah melalui pendekatan picture and picture dapat meningkatkan
hasil belajar
siswa pada menulis cerita
rekaan?
3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan :
a. Melalui pendekatan picture and picture dapat meningkatkan kemampuan siswa
dalam menulis cerita rekaan.
b. Meningkatkan hasil
belajar siswa dalam menulis cerita rekaan melalui pendekatan
picture
and picture .
4.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh pihak
sekolah, guru Bahasa Indonesia,
dan para siswa:
a. Guru dapat menerapkan picture and picture sebagai salah satu
metode yang dapat membantu guru dalam pelajaran Bahasa
Indonesia sehingga dengan mudah memahami konsep tersebut dengan baik
sehingga kemampuan menulis secara umum menjadi lebih baik.
b. Siswa dapat termotivasi dalam
pembelajaran sehingga mengurangi kebosanan dalam belajar.
c. Kemampuan awal siswa dapat
digali secara optimal agar siswa belajar lebih mandiri dan kreatif, khususnya
ketika mereka akan mengkaitkan dengan pelajaran baru.
d.Aktivitas siswa dalam menulis cerita rekaan meningkat.
e.Hasil belajar siswa menulis cerita rekaan
meningkat
f.Hasil penelitian ini akan memberikan
sumbangan bagi sekolah tentang variasi pembelajaran dan peningkatan
profesionalisme guru serta meningkatkan mutu proses pembelajaran.
Adapun manfaat dalam
penelitian tindakan kelas ini adalah:
a. Bagi diri peneliti, merupakan pengalaman
yang berarti sebagai bekal untuk meningkatkan kemampuan dalam perbaikan
proses pembelajaran;
b. Bagi Peserta Didik, membantu mengatasi
kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran, terutama mata pelajaran Bahasa Indonesia;
c. Bagi Guru, sebagai bahan koreksi dan
perbaikan untuk melaksanakan proses pembelajaran bagi peserta didik pada
masa-masa berikutnya;
d. Bagi Sekolah, meningkatkan pelayanan
kepada peserta didik, meningkatkan sumber daya manusia guru, secara umum
prestasi sekolah mejadi lebih meningkat.
D. KAJIAN/TINJAUAN PUSTAKA
Kamus Besar Bahasa
Indonesia (2002:741), menyatakan metode adalah cara kerja yang bersistem untuk
memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan.
1. Picture and picture adalah suatu metode
belajar yang menggunakan gambar dan dipasangkan / diurutkan menjadi urutan
logis. Langkah-langkah:
a. Guru menyampaikan kompetensi
yang ingin dicapai.
b. Menyajikan materi sebagai
pengantar.
c. Guru menunjukkan /
memperlihatkan gambar-gambar yang berkaitan dengan materi.
d. Guru menunjuk / memanggil siswa
secara bergantian memasang / mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang
logis.
e. Guru menanyakan alas an / dasar
pemikiran urutan gambar tersebut.
f. Dari alasan / urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep / materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.
f. Dari alasan / urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep / materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.
g. Kesimpulan / rangkuman.
Kebaikan dari picture
and picture:
a. Guru lebih mengetahui kemampuan
masing-masing siswa.
b. Melatih berpikir logis dan
sistematis.
2. Cerita Rekaan
Cerita rekaan
adalah cerita yang memang tidak benar-benar terjadi (cerita khayalan) atau juga
bisa cerita itu pernah terjadi dan dialami oleh penulis kemudian dikembangkan menjadi
sebuah cerita.
Pembelajaran bahasa diharapkan membantu peserta didik mengenal
dirinya, budayanya, dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan,
berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan
serta menggunakan kemampuan analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya.
Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia. Standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia. Standar kompetensi ini merupakan dasar bagi peserta didik untuk memahami dan merespon situasi lokal, regional, nasional, dan global.
Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia. Standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia. Standar kompetensi ini merupakan dasar bagi peserta didik untuk memahami dan merespon situasi lokal, regional, nasional, dan global.
Dengan standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia
semacam itu diharapkan:
Peserta didik dapat mengembangkan potensinya sesuai dengan
kemampuan, kebutuhan, dan minatnya, serta dapat menumbuhkan penghargaan
terhadap hasil karya kesastraan dan hasil intelektual bangsa sendiri;
Guru dapat memusatkan perhatian kepada pengembangan kompetensi
bahasa peserta didik dengan menyediakan berbagai kegiatan berbahasa dan sumber
belajar;
Guru lebih mandiri dan leluasa dalam menentukan bahan ajar kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah dan kemampuan peserta didiknya;
Orang tua dan masyarakat dapat secara aktif terlibat dalam pelaksanaan program kebahasaan dan kesastraan di sekolah.
Guru lebih mandiri dan leluasa dalam menentukan bahan ajar kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah dan kemampuan peserta didiknya;
Orang tua dan masyarakat dapat secara aktif terlibat dalam pelaksanaan program kebahasaan dan kesastraan di sekolah.
Sekolah dapat menyusun program pendidikan tentang kebahasaan
dan kesastraan sesuai dengan keadaan peserta didik dan sumber belajar yang tersedia;
dan
Daerah dapat menentukan bahan dan sumber belajar kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan kondisi dan kekhasan daerah dengan tetap memperhatikan kepentingan nasional.
Adapun tujuan mata pelajaran Bahasa Indonesia adalah agar peserta didik memiliki kemampuan: berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis; menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara; memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan; menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial; menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa;
menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia. Sedangkan, ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Indonesia mencakupi komponen- kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi aspek-aspek:
Daerah dapat menentukan bahan dan sumber belajar kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan kondisi dan kekhasan daerah dengan tetap memperhatikan kepentingan nasional.
Adapun tujuan mata pelajaran Bahasa Indonesia adalah agar peserta didik memiliki kemampuan: berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis; menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara; memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan; menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial; menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa;
menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia. Sedangkan, ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Indonesia mencakupi komponen- kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi aspek-aspek:
a. mendengarkan;
b. berbicara;
c. membaca;
dan
d. menulis.
Pengembangan bahasa pada anak memerlukan kesempatan menggunakan
bahasa. Oleh karena itu, kita membutuhkan lingkungan pendidikan yang memberikan
kesempatan yang banyak atau kaya bagi siswa untuk menggunakan bahasa di dalam
cara-cara yang fungsional (Gay Su Pinnel dan Myna L. Matlin, 1989:2).
Guru yang memberi siswa kesempatan mengembangkan keterampilan
berbahasa di dalam konteks nyata dan situasi yang kompleks akan meningkatkan
pembelajaran karena mereka (guru) memberi siswa pelatihan di dalam keterampilan
yang terintegrasi dengan literasi tingkat tinggi. Komunikasi adalah inti
pengajaran language arts, sementara itu tugas-tugas komunikasi yang kompleks
adalah inti kemahirwacanaan tingkat tinggi (high literacy) (CED, 2001).
Selanjutnya, guru yang memberi pengalaman kepada siswa dengan
pembelajaran terpadu melalui lingkungan mahir literasi (literate environment)
ternyata dapat meningkatkan pembelajaran karena mereka (siswa) menggunakan
proses-proses yang saling berkaitan antara membaca, menulis, berbicara, dan
mendengarkan untuk komunikasi alamiah senyatanya (authentic commmunication)
(Salinger, 2001).
Namun, secara jujur harus diakui bahwa pembelajaran Bahasa
Indonesia di MI Al-Hidayah belum berlangsung seperti yang diharapkan. Pembelajaran Bahasa
Indonesia lebih cenderung bersifat teoretis dan kognitif daripada mengajak
siswa untuk belajar berbahasa Indonesia dalam konteks dan situasi yang nyata.
Akibatnya, apa yang diperoleh siswa di kelas dalam pembelajaran Bahasa
Indonesia tidak bisa diterapkan secara praktis dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan kata lain, pembelajaran Bahasa Indonesia terlepas dari konteks
pengalaman dan lingkungan siswa. Hal ini bisa menimbulkan dampak yang cukup
serius terhadap keterampilan siswa dalam menggunakan bahasa Indonesia dalam
peristiwa dan konteks komunikasi.
Apa yang kita amati dari hasil pembelajaran di sekolah dasar
dan menengah di Indonesia adalah ketidakmampuan anak-anak menghubungkan antara
apa yang dipelajari dengan bagaimana pengetahuan itu dimanfaatkan untuk
memecahkan persoalan sehari-hari (Direktorat SLTP, 2002). Apa yang anak-anak
peroleh di sekolah, sebagian hanya hafalan dengan tingkat pemahaman yang rendah.
Siswa hanya tahu bahwa tugasnya adalah mengenal fakta-fakta, sementara
keterkaitan antara fakta-fakta itu dengan pemecahan masalah belum mereka
kuasai.
Dalam konteks demikian, diperlukan upaya serius melalui
penggunaan pendekatan yang inovatif dan kreatif agar pembelajaran Bahasa
Indonesia di MI Al-Hidayah bisa berlangsung dalam suasana yang kondusif, interaktif,
dinamis, terbuka, menarik, dan menyenangkan. Melalui proses pembelajaran
semacam itu, siswa diharapkan dapat menumbuhkembangkan kemampuan intelektual,
sosial, dan emosional, sehingga mampu berkomunikasi dengan menggunakan bahasa
Indonesia secara baik dan benar sesuai dengan konteks dan sitiuasinya
Pembelajaran bahasa diharapkan membantu peserta didik mengenal
dirinya, budayanya, dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan,
berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan
serta menggunakan kemampuan analitis dan imajinatif yang ada dalam dirinya.
Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta
didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik
secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya
kesastraan manusia Indonesia. Salah satu pendekatan pembelajaran yang diduga mampu
menciptakan suasana yang kondusif; interaktif, dinamis, terbuka, inovatif,
kreatif, menarik, dan menyenangkan adalah pendekatan pragmatik.
E. METODE PENELITIAN
1. Setting Penelitian
a.
Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni s/d Agustus Tahun
Pelajaran 2011/2012 selama kurang lebih 3 bulan, dan untuk tidak mengganggu kegiatan belajar mengajar (KBM) maka penelitian ini
dilaksanakan secara bersamaan dengan kegiatan pembelajaran itu sendiri.
b.
Tempat Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di MI Al-Hidayah. Pertimbangan
peneliti dalam menetapkan tempat uji coba penelitian adalah, bahwa MI Al-Hidayah selalu
terbuka dalam upaya menerima terobosan baru di dunia pendidikan.
c. Subjek
Penelitian
Subjek penelitian
ini adalah siswa kelas IV semester I MI Al-Hidayah tahun pelajaran
2011/2012 sebanyak 30 orang terdiri atas laki-laki 15 orang dan perempuan 15
orang.
d. Obyek
Penelitian
Sedangkan obyek
dalam penelitian ini adalah prestasi belajar Bahasa
Indonesia siswa kelas IV semester I MI Al-Hidayah pada pembelajaran menulis cerita rekaan melalui picture and picture.
2. Faktor-faktor yang Diteliti
PTK akan ini
dilaksanakan dalam tiga
siklus, dan pada masing-masing siklus tediri atas dua kali pertemuan (2×2x35
menit). Adapun tahapan dalam penelitian ini meliputi empat tahapan yaitu:
a. Persiapan
Sebelum melakuakan
penelitian, peneliti merancang sebuah pembelajaran dengan menerapkan metode Picture and picture pada mata pelajaran Bahasa
Indonesia materi ciri-ciri bebrapa jenis hewan siswa kelas IV MI Al-Hidayah dalam dua siklus.
Tahap selanjutnya adalah mengkaji Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar,
menyusun silabus dengan mengambil kompetensi dasar, menyiapkan Lembar Kerja
Siswa (LKS), menyiapkan instrumen tes, menyiapkan instrumen penelitian, dan
lain-lain.
b. Rencana
Tindakan
Penelitian ini
direncanakan akan dilaksanakan dalam tiga siklus dengan pembelajaran menggunakan metode Picture and picture . Siswa diberikan serangkaian gambar yang berurutan
kemudian dari masing masing gambar siswa diminta untuk membuat kalimat.
Kalimat-kalimat tersebut kemudian ditulis dalam satu rangkaian menjadi sebuah
cerita. Data yang terkumpul berupa tingkat keberhasilan setiap siklus,
yaitu peningkatan prestasi belajar siswa. Sesuai dengan intrumen yang kami
gunakan, maka teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan pemberian
soal tes, karena teknik ini digunakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan
pembelajaran yang telah dilaksanakan. Analisa data yang dilakukan tidak
menggunakan uji statistik, tapi menggunakan teknik analisis deskriptif.
Teknik pengumpulan data ini mencerminkan penelitian kualitatif dengan latar belakang penelitian sebagai sumber pengambilan data yang bersifat alamiah. Analisis data bersifat deskriptif dengan manusia sebagai instrumen kunci, serta memperhatikan proses bagaimana peserta didik dapat memperoleh prestasinya. Jadi tidak semata-mata cukup dengan memperhatikan hasil yang diperoleh peserta didik saja. Adapun rencana tindakan yang akan dilaksanakan setiap siklusnya adalah sebagai berikut:
Teknik pengumpulan data ini mencerminkan penelitian kualitatif dengan latar belakang penelitian sebagai sumber pengambilan data yang bersifat alamiah. Analisis data bersifat deskriptif dengan manusia sebagai instrumen kunci, serta memperhatikan proses bagaimana peserta didik dapat memperoleh prestasinya. Jadi tidak semata-mata cukup dengan memperhatikan hasil yang diperoleh peserta didik saja. Adapun rencana tindakan yang akan dilaksanakan setiap siklusnya adalah sebagai berikut:
Siklus
I
1) Pelaksanaan tindakan, setiap siswa diberi serangkaian gambar
yang berurutan dan kemudian dari masing masing gambar siswa diminta untuk
membuat keterangan tentang gambar tersebut. Kalimat-kalimat keterangan gambar
tersebut kemudian ditulis dalam satu susunan
menjadi sebuah cerita.
2) Observasi dan pengumpulan data.
Bersama dengan observer peneliti melakukan pengamatan jalannya pembelajaran
yang meliputi proses pengamatan terhadap aktivitas dalam pembelajaran secara keseluruhan, mengamati aktifitas
siswa dalam Picture and picture ,
mengerjakan tugas, pemaparan hasil ;
melakukan penilaian hasil dan membuat laporan hasil temuan; serta
mengumpulkan data dan, dan menghitung prosestase keberhasilan belajar peserta
didik.
3) Mengamati kesulitan peserta didik dalam menulis menggunakan Picture and picture .
4) Refleksi, berupa lembar observasi dan
catatan selama kegiatan kemudian dikaji untuk direnungkan. Evaluasi atas
tindakan yang telah dilakukan oleh peneliti dalam proses pembelajaran untuk
diperbaiki dan dilaksanakan pada pembelajaran siklus berikutnya.
e) Mengambil kesimpulan
e) Mengambil kesimpulan
Siklus
II
Siklus II dilaksanakan jika hasil dari
siklus I masih terdapat kelemahan dalam pembelajaran.
3. Data dan Jenis Data
Data yang diperlukan pada penelitian
ini berupa nilai ulangan, yaitu nilai hasil ulangan pada setiap akhir siklus
4. Teknik Pengambilan Data
Dengan memperhatikan judul penelitian dan
instrumern penelitian yang digunakan, maka penelitian ini menggunakan teknik
pengumpulan data tes. Pada setiap akhir siklus siswa diberi seperangkat soal
untuk dikerjakan, kemudian diberi skor pada setiap jawaban yang benar sebagai
pedoman untuk memberikan nilai pada siswa.
5. Teknik analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan
untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif
kuantitatif karena penelitian ini bertujuan unuk mengetahui sejauh mana metode Picture and picture dapat meningkatkan prestasi belajar Bahasa Indonesia materi menulis cerita rekaan siswa kelas IV semester I MI Al-Hidayah Tahun Pelajaran 2011/2012. Dalam pelaksanaan
analisis data kegiatan utamanya adalah mengolah skor menjadi nilai.
6. Indikator Kerja
Indikator keberhasilan dalam
penelitian ini adalah jika siswa mampu membuat sebuah cerita rekaan dengan baik menggunakan kaidah kaidah bahasa
Indonesia yang baik dan benar. Hal ini dibuktikan dengan kemampuan dan
aktifitas siswa selama menulis menggunakan
Picture and picture, maupun
dari pencapaian nilai hasil ulangan para siswa pada setiap akhir siklus yakni 75% siswa mencapai batas angka Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
sebesar 70,00.
7. Hipotesis Penelitian
Dengan menerapkan metode Picture
and picture akan dapat meningkatkan prestasi belajar menulis cerita rekaan bagi siswa
kelas IV semester I MI Al-Hidayah
Tahun Pelajaran 2011/2012.
F. JADWAL PENELITIAN
NO
|
JENIS KEGIATAN
|
BULAN
PELAKSANAAN
|
||||||||||||
JUNI
|
JULI
|
AGUSTUS
|
||||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
1
|
2
|
3
|
4
|
||
1
|
Persetujuan Proposal
|
x
|
x
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2
|
Persiapan Penelitian
|
|
|
x
|
x
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3
|
Tindakan Kelas
|
|
|
|
|
x
|
x
|
x
|
|
|
|
|
|
|
4
|
Pengolahan Data
|
|
|
|
|
|
|
|
x
|
x
|
|
|
|
|
6
|
Analisis Hasil
|
|
|
|
|
|
|
|
|
x
|
x
|
x
|
|
|
7
|
Laporan Hasil Penelitian
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
x
|
x
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
LAMPIRAN:
LEMBAR OBSERVASI GURU/SISWA
No.
|
Aktivitas Guru/Siswa
|
Ya
|
Tidak
|
SKOR
|
||||
0
|
1
|
2
|
3
|
4
|
||||
1
|
Guru menyampaikan Indikator dan
kompetensi yang diharapkan
|
|
|
|
|
|
|
|
2
|
Siswa memperhatikan Indikator
dan kompetensi yang diharapkan
|
|
|
|
|
|
|
|
3
|
Guru
menjelaskan secara singkat aturan penulisan cerita rekaan
|
|
|
|
|
|
|
|
4
|
Siswa
memperhatikan penjelasan aturan penulisan cerita rekaan
|
|
|
|
|
|
|
|
5
|
Guru
membagikan LKS yang berisi gambar-gambar yang ter acak
|
|
|
|
|
|
|
|
6
|
Siswa
memperhatikan LKS yang berisi gambar-gambar yang ter acak
|
|
|
|
|
|
|
|
7
|
Guru meminta
siswa menebak gambar mana yang pertama
|
|
|
|
|
|
|
|
8
|
siswa menebak
gambar mana yang pertama
|
|
|
|
|
|
|
|
9
|
Guru
menanyakan alasan memilih gambar tersebut
|
|
|
|
|
|
|
|
10
|
Siswa alasan
memilih gambar tersebut
|
|
|
|
|
|
|
|
11
|
Guru meminta
siswa meneruskan menyusun dengan urutan yang benar.
|
|
|
|
|
|
|
|
12
|
Siswa
meneruskan menyusun dengan urutan yang benar.
|
|
|
|
|
|
|
|
13
|
Guru meminta
siswa memberikan deskripsi/keterangan pada tiap gambar.
|
|
|
|
|
|
|
|
14
|
Siswa
memberikan deskripsi/keterangan pada tiap gambar.
|
|
|
|
|
|
|
|
15
|
Guru meminta
siswa menuliskan kembali deskripsi-deskripsi tesebut menjadi sebuah paragraf.
|
|
|
|
|
|
|
|
16
|
Siswa
menuliskan kembali deskripsi-deskripsi tesebut menjadi sebuah paragraf.
|
|
|
|
|
|
|
|
17
|
Guru meminta
siswa mempresentasikan hasil kerja di depan kelas
|
|
|
|
|
|
|
|
18
|
Siswa
mempresentasikan hasil kerja di depan kelas
|
|
|
|
|
|
|
|
19
|
Guru meminta
siswa memajang hasil kerja di papan display.
|
|
|
|
|
|
|
|
20
|
Siswa memajang
hasil kerja di papan display.
|
|
|
|
|
|
|
|
21
|
Guru meminta siswa
memberikan kesimpulan
|
|
|
|
|
|
|
|
22
|
Siswa memberikan kesimpulan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
0
:
Sangat kurang
1
:
Kurang
2
:
Cukup
3
:
Baik
4
:
Sangat Baik
DAFTAR PUSTAKA
Badan Standar Nasional
Pendidikan. 2008. Model Silabus Kelas IV. Jakarta:Depdiknas
Depdiknas. 2002. Kamus Besar
Bahasa Indonesia. Jakarta:Balai Pustaka
________. 2004. Standar
Kompetensi Mata Pelajaran Kelas I s.d. VI Sekolah Dasar dan Madrasah
Ibtidaiyah. Jakarta:Depdiknas
________. 2006. Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi Pendidikan
Dasar dan Menengah. Jakarta:Depdiknas
Oemar Hamalik. 1983. Metode
Belajar dan Kesulitan-kesulitan Belajar. Bandung:Tarsito
Kasbulah. 2001. Penelitian
Tindakan Kelas untuk Guru. Malang:Universitas Negeri Malang
Nasution. 2003. Berbagai
Pendekatan dalam Proses Belajar & Mengajar. Jakarta:Bumi Aksara
Ngalim Purwanto. 1998. Psikologi
Pendidikan. Bandung:Remaja Rosdakarya
Roestiyah. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:Rineka Cipta
Roestiyah. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:Rineka Cipta
Slamet. 1987. Belajar dan
Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:Rineka Cipta
Suharsimi Arikunto. 1998.
Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik. Yogyakarta:Rineka Cipta
Nana Sudjana. 2001. Penilaian
Hasil Proses Belajar. Bandung:Remaja Rosdakarya
Sumadi Suryabrata.1984.
Metodologi Penelitian. Jakarta:Raja Grafindo Persada
Winkel. 1980. Psikologi
Pengajaran. Jakarta:Gramedia
10:21 | Label: Pendidikan | 3 Comments
Subscribe to:
Posts (Atom)
You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "
Powered by Blogger.